PENALARAN
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
. Proses inilah yang disebut menalar.Penalaran terbagi
menjadi dua yaitu :
Penalaran Deduktif
adalah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku
khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum
Contoh : Masyarakat
Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan
(khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
social.
Penalaran induktif adalah proses penalaran
untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum
berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus
Contoh
:Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit.
Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan
suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk
biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya
yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta,
sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat
beban hidupnya. (Ide pokok)
PROPOSISI
Proposi adalah Bentuk pemikiran kedua yang
merupakan pengembangan dari konsep atau pengertian adalah proposisi. Pada saat
terjadinya observasi empirik, di dalam pikiran tidak hanya terbentuk pengertian
saja tetapi juga terjadi perangkaian dari term – term itu. Tidak pernah ada
pengertian yang berdiri sendiri dalam pikiran. Rangkaian pengertian itulah yang
disebut dengan proposisi.
Proposisi
dibagi menjadi 4 jenis/aspek :
1. Bentuk: Tunggal dan jamak.
Proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki satu subjek dan satu predikat.
Contoh:
Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh:
- Agnes monica bernyanyi dan menari
1. Bentuk: Tunggal dan jamak.
Proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki satu subjek dan satu predikat.
Contoh:
Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh:
- Agnes monica bernyanyi dan menari
Sifat:
kategorial dan kondisional.
2.Proposisi kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikatnya tidak mempunyai syarat apapun.
Contoh:
- Semua bayi menangis di malam hari
- Setiap rumah memiliki atap
Proposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:
Proposisi hipotesis adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang
2.Proposisi kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikatnya tidak mempunyai syarat apapun.
Contoh:
- Semua bayi menangis di malam hari
- Setiap rumah memiliki atap
Proposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:
Proposisi hipotesis adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang
Proposisi
disjungtif adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat tidak
membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Kursi itu berwarna coklat atau hitam
Contoh:
- Kursi itu berwarna coklat atau hitam
3.
Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.
Proposisi afirmatif adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh:
- Semua sepatu dipakai di kaki
- Semua ayam betina berkotek
Proposisi negative adalah proposisi dimanan predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh:
- Tidak ada satupun laki-laki yang memakai rok
Proposisi afirmatif adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh:
- Semua sepatu dipakai di kaki
- Semua ayam betina berkotek
Proposisi negative adalah proposisi dimanan predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh:
- Tidak ada satupun laki-laki yang memakai rok
4.
Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.
Proposisi universal adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh:
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
Proposisi universal adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh:
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
http://dezhi-myblogger.blogspot.com/2012/03/pengertian-istilah-istilah-proposisi.html
Inferensi
dan Implikasi
Tiap
proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungkinan. Pertama, ia merupakan
ucapan-ucapan pada faktual sebagai akibat dari pengalaman atau pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat juga merupakan pendapat,
atau kesimpulan seseorang mengenai sesuatu hal. Kalimat-kalimat seperti “Tadi
terjadi sebuah tabrakan di depan Universitas” merupakan sebuah proposisi yang bersifat
pernyataan actual, yaitu sebuah pernyataan yang menyangkut fakta atau peristiwa
yang dialami oleh seseorang.
Dengan
ilustrasi sebagai yang dikemukakan di atas, baik ucapan faktual maupun sebuah
pendapat atau kesimpulan, keduanya merupakan proposisi, karena keduanya dapat
dibuktikan kebenarannya atau kemustahilannya.
Kata
inferensi berasal dari kata Latin, inferred yang berarti menarik kesimpulan.
Kata implikasi juga berasal dari bahassa Latin, yaitu dari kata impilcare yang berarti
melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata
inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari
fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu
dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.
Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus
disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam
evidensi (=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi
(=inferensi).
Contoh inferensi
Inkoherensi: tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan.
definisi yang ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF.
Wujud Evidensi
Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi,
atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan
sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai
pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Sebuah evidensi baru dapat diandalkan kebenarannya setelah
melalui pengujian sebagai berikut:
(a) Fakta adalah sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang ada variasinya, fakta-fakta yang digunakan mungkin sama, tetapi evidensinya bisa lain; (b) Untuk lebih meyakinkan fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi, perlu diadakan peninjauan atau observasi singkat terhadap fakta-fakta tersebut.
(b) Untuk lebih meyakinkan fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi
(c) Kalau pun sukar dilaksanakan, dapat juga melalui kesaksian-kesaksian, baik saksi biasa maupun saksi ahli (autoritas)
Sesat Nalar (Fallacy)
Penggunaan kata ‘sesat’ dalam‘sesat nalar’ agak berbeda dengan kata ‘salah’, karena hasil yang diperoleh bukan akibat kesalahan penalarannya sebagai suatu konsep, melainkan karena kesesatan akibat tidak lurusnya proses penarikan, kesimpulan berdasarkan aturan logika. Sesat nalar adalah gagasan perkiraan kepercayaan atau kesimpulan yang sesat atau salah.
Ada beberapa jenis sesat nalar yang dapat kita saksikan dalam karangan, yaitu :
Deduksi yang Salah
Sesat nalar yang sangat umum terjadi, ialah kesimpulan yang salah dalam silogisme (silogisme semu) yang berpremis salah atau tidak mematuhi aturan logika.
Contoh :
- Tiko bukan dosen yang baik, karena mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah yang diampunya lebih dari 20%.
(a) Fakta adalah sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang ada variasinya, fakta-fakta yang digunakan mungkin sama, tetapi evidensinya bisa lain; (b) Untuk lebih meyakinkan fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi, perlu diadakan peninjauan atau observasi singkat terhadap fakta-fakta tersebut.
(b) Untuk lebih meyakinkan fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi
(c) Kalau pun sukar dilaksanakan, dapat juga melalui kesaksian-kesaksian, baik saksi biasa maupun saksi ahli (autoritas)
Sesat Nalar (Fallacy)
Penggunaan kata ‘sesat’ dalam‘sesat nalar’ agak berbeda dengan kata ‘salah’, karena hasil yang diperoleh bukan akibat kesalahan penalarannya sebagai suatu konsep, melainkan karena kesesatan akibat tidak lurusnya proses penarikan, kesimpulan berdasarkan aturan logika. Sesat nalar adalah gagasan perkiraan kepercayaan atau kesimpulan yang sesat atau salah.
Ada beberapa jenis sesat nalar yang dapat kita saksikan dalam karangan, yaitu :
Deduksi yang Salah
Sesat nalar yang sangat umum terjadi, ialah kesimpulan yang salah dalam silogisme (silogisme semu) yang berpremis salah atau tidak mematuhi aturan logika.
Contoh :
- Tiko bukan dosen yang baik, karena mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah yang diampunya lebih dari 20%.
Generalisasi yang Salah
Sesat nalar jenis ini disebut juga induksi yang salah, karena secara jumlah (kuantitatif), jumlah percontohnya (sample) tidak memadai (ingat : kadang-kadang percontoh yang terbatas memungkinkan generalisasi yang tidak sahih.
Contoh :
- Bangsa Indonesia itu bangsa tempe
- Orang China penjajah ekonomi
Dalam kedua contoh diatas perlu diberikan perwatasan misalnya : beberapa, banyak, sebagian kecil, sebagian besar dan sebagainya.
Pemikiran atau ini, atau itu
Sesat nalar jenis ini berpangkal pada keinginan untuk melihat masalah yang rumit dari sudut pandangan (yang bertantangan) saja. Isi peryataan ini jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak benar tentu salahh;jika tidak ini tentu itu.
Contoh:
Jika senang, masuklah; tetapi jika tidak senang keluarlah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Salah nilai atau Penyebab
Generalisasi induksi sering disusun berdasarkan pengantar terhadap hukum kausal (sebab akibat). Salah nilai atas penyebaran yang sangat biasa terjadi ialah sesat nalar yang disebut ‘post hoc, ergo propter hoc’, sesudah itu, ‘ maka karena itu’.
Contoh:
- Tersangka meninggal dalam tahanan; maka ia mati karena ditahan.
Salah tafsir sering juga mendasari salah nilai atas penyebaban.Misalnya dalan tahayul.
Contoh:
- Pedagang muda itu selalu sakses usahanya sebab sebelum bekerja ia selalu mencium telapak kaki ibunya.
Analogi yang Salah
Analogi ialah usaha pembanding dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan perenggan.Namuun, analigi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyelesaikan, karena logikanya yang salah.
Contoh:
- Rektor harus bertindak seperti seorang jendral, menguasai anak buahnya agar disiplin dipatuhi.
Penyampaian Masalah
Sesat nalar jenis ini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok masalahnya; atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok lain; atau jika kita menyeleweng dari garis yang telah ditentukan dalam kerangka pokok masalahnya.
Contoh :
- KB tidak perlu, karena masih banyah daerah di Indonesia yang masih sangat sedikit penduduknya
Sesat nalar jenis ini disebut juga induksi yang salah, karena secara jumlah (kuantitatif), jumlah percontohnya (sample) tidak memadai (ingat : kadang-kadang percontoh yang terbatas memungkinkan generalisasi yang tidak sahih.
Contoh :
- Bangsa Indonesia itu bangsa tempe
- Orang China penjajah ekonomi
Dalam kedua contoh diatas perlu diberikan perwatasan misalnya : beberapa, banyak, sebagian kecil, sebagian besar dan sebagainya.
Pemikiran atau ini, atau itu
Sesat nalar jenis ini berpangkal pada keinginan untuk melihat masalah yang rumit dari sudut pandangan (yang bertantangan) saja. Isi peryataan ini jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak benar tentu salahh;jika tidak ini tentu itu.
Contoh:
Jika senang, masuklah; tetapi jika tidak senang keluarlah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Salah nilai atau Penyebab
Generalisasi induksi sering disusun berdasarkan pengantar terhadap hukum kausal (sebab akibat). Salah nilai atas penyebaran yang sangat biasa terjadi ialah sesat nalar yang disebut ‘post hoc, ergo propter hoc’, sesudah itu, ‘ maka karena itu’.
Contoh:
- Tersangka meninggal dalam tahanan; maka ia mati karena ditahan.
Salah tafsir sering juga mendasari salah nilai atas penyebaban.Misalnya dalan tahayul.
Contoh:
- Pedagang muda itu selalu sakses usahanya sebab sebelum bekerja ia selalu mencium telapak kaki ibunya.
Analogi yang Salah
Analogi ialah usaha pembanding dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan perenggan.Namuun, analigi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyelesaikan, karena logikanya yang salah.
Contoh:
- Rektor harus bertindak seperti seorang jendral, menguasai anak buahnya agar disiplin dipatuhi.
Penyampaian Masalah
Sesat nalar jenis ini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok masalahnya; atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok lain; atau jika kita menyeleweng dari garis yang telah ditentukan dalam kerangka pokok masalahnya.
Contoh :
- KB tidak perlu, karena masih banyah daerah di Indonesia yang masih sangat sedikit penduduknya
Pembenaraan Masalah Lewat Pokok
Sampingan
Sesat nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan okok yang tidak langsung berkaitan atau yang remeh untuk membenarkan pendiriannya.
Contoh :
- Orang boleh melanggar lalu lintas, sesab polisi lalu lintas juga sering melanggarnya.
Argumentasi ‘ad homonim’
Sesat nalar jeniis ini terjadii jika dalam berargumentasi kita melawan orangnya, bukan masalahnya.Khusus di bidangg politik argumentasi ini banyak dipakai.
Contoh :
- Pelarangan beredar terhadap buku tertentu (meskipun isinya baik) karena pengarangnya bekas pencuri atau narapidana.
Himbauan pada Wibawa dan Keahlian yang Patut Disaksikan
Dalam pembahasan masalah, oarang sering berlindung pada wibawa orang lain, pejabat, atau kalangan ahli saat menyampaiakan dan menggungkapkan argumentasinya.
Contoh :
- Saya telah mendapat petunjuk dari seseorang insinyur, yang kini menjadi menteri kebudayaan, bahwa ekonomi dunia kini berada di persimpangan jalan.
Non- Requisite
Sesat nalar jenis ini, dalam argumenttasi mengambil kesimpulan bedasarkan premis yang tidak ada relevansinya.
Contoh :
- Kampus merupakan tempat berkumpulnya para cendekiawan; karena itu, di dalamnya tidak mungkin ada kebodohan.
Sesat nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan okok yang tidak langsung berkaitan atau yang remeh untuk membenarkan pendiriannya.
Contoh :
- Orang boleh melanggar lalu lintas, sesab polisi lalu lintas juga sering melanggarnya.
Argumentasi ‘ad homonim’
Sesat nalar jeniis ini terjadii jika dalam berargumentasi kita melawan orangnya, bukan masalahnya.Khusus di bidangg politik argumentasi ini banyak dipakai.
Contoh :
- Pelarangan beredar terhadap buku tertentu (meskipun isinya baik) karena pengarangnya bekas pencuri atau narapidana.
Himbauan pada Wibawa dan Keahlian yang Patut Disaksikan
Dalam pembahasan masalah, oarang sering berlindung pada wibawa orang lain, pejabat, atau kalangan ahli saat menyampaiakan dan menggungkapkan argumentasinya.
Contoh :
- Saya telah mendapat petunjuk dari seseorang insinyur, yang kini menjadi menteri kebudayaan, bahwa ekonomi dunia kini berada di persimpangan jalan.
Non- Requisite
Sesat nalar jenis ini, dalam argumenttasi mengambil kesimpulan bedasarkan premis yang tidak ada relevansinya.
Contoh :
- Kampus merupakan tempat berkumpulnya para cendekiawan; karena itu, di dalamnya tidak mungkin ada kebodohan.
Cara
Menguji Fakta
Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai
sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan
mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat
konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang
lain.
Contoh :Saya pergi ke pasar untuk membeli ikan. Pada hari itu
saya sedang sakit parah karena masuk angin. Contoh diatas terdiri dari 2
pernyataan "Saya pergi ke pasar untuk membeli ikan" dan juga
"Pada hari itu saya sedang sakit parah karena masuk angin". Dalam
contoh itu dapat langsung kita pahami bahwa informasi yang kedua melemahkan
informasi yang pertama. Ini membuat penerima informasi menjadi ragu bahwa ini
sebuah fakta.
Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana
yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta
yang akan digunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang
akan dipergunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan
pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang
berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat diterima, ia harus
meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan
jalan pikiran yang menemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus
menerima hal lain, yaitu konklusinya.
Contoh yang sangat sederhana ketika seseorang mengaku bertemu
dengan monster atau makhluk luar angkasa akan sangat sulis sekali untuk
dipercaya sebagai suatu fakta. Sebaliknya apabila ada informasi seperti ini
"Terjadi pembunuhan di kebun teh kemarin malam" informasi ini tentu
bisa lebih diterima. Oleh karena itu ada baiknya jika ingin menyampaikan suatu
fakta disertai oleh contoh nyata pengalaman yang dialami masyarakat umum.
Cara Menilai Autoritas
a. Tidak Mengandung Prasangka
dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat
autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung
prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental
yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal
lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari
data-data eksperimentalnya.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat
suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas.
Pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya
tadi.
Walaupun jaman kita ini sudah begitu condong atau cenderung dengan
berbagai macam spesifikasi, namun kita tidak boleh mengabaikan keahlian
seseorang dalam beberapa macam bidang tertentu.
c. Kemashuran dan Prestise
faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai
autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi di balik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain.
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise
tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Seorang yang menjadi
terkenal karena memperoleh lima medali emas berturut-turut dalam
pertandingan lomba lari jarak lima ribu meter, diminta pendapatnya tentang
cara-cara pemberantasan korupsi.
d. Koherensi dengan Kemajuan
hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah
pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti bahwa pendapat
itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat terakhir dari
ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena
autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk
membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan
keburukannya atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan suatu
pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat dipertanggung jawabkan.
Sebab itu untuk memberi evaluasi yang tepat terhadap autoritas yang
dikutip, pengarang harus menyebut nama autoritas, gelar, kedudukatif, dan
sumber khusus tempat kutipan itu dijumpai. Bila mungkin penulis harus mengutip
setepat-tepatnya kata-kata atau kalimat autoritas tersebut.
Untuk memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan
yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan
didasarkan hanya pada satu autoritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar