Era Pra Sejarah tanah Lombok
tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para ahli serta
bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah lombok.Suku Sasak
temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000
tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak
4.000 tahun yang lalu, dengan demikian perdagangn antar pulau sudah aktif
terjadi sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar
budaya juga telah menyebar.
LOMBOK MIRAH SASAK ADI merupakan salah satu kutipan
dari kitab Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan
dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata Lomboq dalam bahasa kawi
berarti lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, kata sasak
berarti kenyataan, dan kata adi artinya yang baik atau yang utama maka
arti keseluruhan yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau
utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur
penghuni tanah lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus
dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya.
Dalam kitab – kitab lama, nama
Lomboq dijumpai disebut Lomboq mirah dan Lomboq adi beberapa lontar Lomboq juga
menyebut Lomboq dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul
penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata sasak
secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang
berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah
leluhur orang sasak ( Lomboq ). Dari etimologis ini diduga leluhur orang
sasak adalah orang Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak yang oleh penduduk
Lomboq disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh
kesusastraan sasak.
Etnis Sasak merupakan etnis
mayoritas penghuni pulau Lomboq, suku sasak merupakan etnis utama meliputi
hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan
prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak sudah
menghuni pulau Lomboq sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada prasasti
tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang
Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lomboq dengan gumi sasak yang
berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang sasak.
Sejarah Lomboq tidak lepas dari
silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang terjadi di dalamnya baik
konflik internal, yaitu peperangan antar kerjaan di lombok maupun ekternal
yaitu penguasaan dari kerajaan dari luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu,
Budha, memunculkan beberapa kerajaan seperti selaparang Hindu, Bayan.
Kereajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasaan
kerajaan Majapahit dari ekspedisi Gajah Mada pada abad XIII – XIV dan
penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI. Antara Jawa, Bali dan
Lomboq mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan jika
di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa hal itu tidak
lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan mengirimkan
anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di Lomboq.
Pengaruh Bali memang sangat
kental dalam kebudayaan Lomboq hal tersebut tidak lepas dari ekspansi yang
dilakukan kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lomboq dalam waktu
yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan
kebudayaan kaum pendatang hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre –
genre campuran dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional
berasal atau diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan
Bali saling mengambil dan meminjam dan terciptalah genre kesenian baru yang
menarik dan saling melengkapi
Gumi sasak silih berganti
mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang melahirkan kerajaan
Islam Selaparang dan Pejanggik. Islam masuk ke Lomboq sepanjang abad XVI ada
beberapa versi masuknya Islam ke Lomboq yang pertama berasal dari Jawa masuk
lewat Lomboq timur. Yang kedua pengIslaman berasal dari Makassar dan Sumbawa
ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan
cepat menyebar ke kerajaan – kerajaan di Lomboq timur dan Lomboq tengah.
Mayoritas etnis sasak beragama
Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam juga berakulturasi
dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti waktu telu, jika
dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan waktu telu sudah
tidak kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh
Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lomboq, hingga saat ini
dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lomboq saja khususnya
di kota Mataram.
Silih bergantinya penguasaan di
Pulau Lomboq dan masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak semakin kaya dan
beragamnya khasanah kebudayaan sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan(difusi,
akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal Kesenian, bentuk
kesenian di lombok sangat beragam.Kesenian asli dan pendatang saling
melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling terasa
berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh kebudayaan
islam. Keduanya membawa Kontribusi yang besar terhadap perkembangan
ksenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari
pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, Yang merupakan pengaruh Bali
; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang
merupakan pengaru Islam yaitu Kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan
Rebana.
II
Suku
bangsa sasak yang memdiami pulau Lomboq menggunakan bahasa daerah sasak.
Pada umumnya bahasa daerah sasak dibagi dua yaitu bahasa halus dan bahasa
jamaq. Bahasa halus digunakan untuk berbicara dengan yang lebih tua, orang tua
dan dengan golongan bangsawan sasak. Sedangkan bahasa jamaq digunakan dalam
bahasa sehari – hari terutama dalam pergaulan masyarakat biasa. Masyarakat suku
sasak dalam stratifikasi sosialnya dibagi dua kelompok yaitu golongan bangsawan
atau permenak dan kelompok rakyat biasa yang disebut jajar karang atau kaula.
Perbedaan stratifikasi sosial sangat terlihat dalam prosesi upacara, seperti
pada upacara sorong serah aji krama yaitu salah satu bagian dari upacara
perkawinan adat sasak. Aji krama ( tingkat keutamaan ) golongan bangsawan
mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan golongan kaula dan pelaksanaan tata
upacara lebih rumit dibandingkan tata cara perkawinan kalangan masyarakat
biasa. Namun pada saat ini perbedaan stratifikasi sosial tidak seketat dulu hal
ini tidak lepas dari pengaruh modernisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar